Olahan fermentasi kedelai seperti tahu atau tempe sudah biasa disantap. Tapi jika kedelai dibuat menjadi Natto mungkin jarang kita temui di Bandung. Wajar saja jika Natto masih terbilang langka di lidah orang Indonesia, karena Natto ini memang biasa disantap oleh orang Jepang.

Natto adalah kacang kedelai yang difermetasi menggunakan bakteri Bacillus Subtilis Strain Natto. Bakteri tersebut menghasilkan lendir yang bernama Natto Kinase. Natto tersebut dicampur dengan Bakteri dengan takaran 10 persen. Selama 16 jam kedelai yang telah diberi bakteri tersebut diinkubasi yang disimpan di wadah plastik dan ditutup pakai plastik wrap. Setelah itu di inkubasi dengan suhu 37 derajat celcius.

“Natto ini baunya cukup tajam dan rasanya khas dan berlendir. Makanya kita mencoba mengolahnya agar tetap bisa dikonsumsi,” ujar Dodi, Mahasiswa Micro Biologi ITB yang mengolah Natto menjadi makanan bersama teman-temannya.

Mahasiswa ITB tersebut mencoba menyaikan Natto sebagai makanan yang lezat untuk disantap. Di Jepang sendiri Natto biasanya langsung dimakan dengan nasi sebagai teman sarapan.

Ada tiga menu olahan Natto yang dibuat para mahasiswa tersebut, yakni Dumpling, Sushi, dan Nugget. Dumpling adalah Natto yang diberi bumbu, campuran daging sapi yang kemudian dibalut dengan menggunakan kulit pangsit.

“Bentuknya bisa seperti apa saja. Tapi yang utama kita pakai bawang daun, biar aromanya enak,” ujar Dodi. Sementara untuk Sushi, Natto tersebut disimpan di sela-sela gulungan sushi. Namun sebelumnya Natto diolah dan diberi bumbu-bumbu khusus agar menambah rasa.“Natto ini aromanya cukup kuat, jadi harus dicampur dengan bumbu-bumbu lain biar rasanya enak,” terang Dodi.

Sementara untuk nugget, Natto tersebut, kata Dodi diblender dan ditambah kunyit agar tidak terlalu bau. Kemudian setelah diblender dicampur telur dan tepung dan tepung panir.Anda pun bisa mencoba mengolah aneka makanan fermentasi di rumah. Bahkan membuat tempe atau tahu sendiri. Selamat berkreasi.(fir.14)